Senin, 01 September 2014

Senyum, bagi Luka yang Menganga























Diam…apakah itu cara terbaik untuk mengerti?
Senyap…bisakah dengan begitu mengurai kusut?
sunyi dan suara-suara yang biasa kudengar berderai menjadi lenyap
kemana perginya? Mungkinkan sepi itu telah menjadi istana tanpa kata dalam hati?

Telah kupusatkan seluruh fokus pada sebuah bunyi
nyenyanyian merdu yang kuharap bisa menjadi penghibur di kegamangan
letup-letup canda mungkin saja masih tersisa di sudut sebuah gerbong hati
namun tetap saja  hanya gemuruh di dada sendiri berdengung kecemasan

Bukankah malam-malam yang terlewat telah menjadi saksi?
kesendirian bukanlah teman terbaik untuk membagi pilu yang bersemayam di hati
kita butuh teman meski hanya sebagai patung bisu untuk mendengarkan
biar lepas dan terbebas jiwa dari beratnya himpitan beban

Kembalilah…berbalik arah dan sapa rindu yang menanti dengan pasrah
sudahlah…mengapa masih berpelukan dengan ego yang nyata penyebab resah
jujurlah…tak semua yang hening menandakan ketenangan jiwa
tersenyumlah, sebab harusnya kita tahu itulah penawar bagi luka yang menganga

*1. #september 02 014