Sabtu, 15 September 2012

Pelanggan Kabur, karena Aku Bersedih


Hari ini aku sedang marah. Perselisihan kecil dengan sahabat membuat perasaanku menjadi terganggu. Sebenarnya bukan masalah besar hanya sebuah kesalah pahaman yang berujung pada saling menyalahkan. Dan tak ada yang mau mengalah, saling merasa benar, dan tak ada yang meminta maaf. Padahal aku sangat menyayangi sahabatku itu. Bagiku ia adalah seseorang yang sangat berarti, yang selalu memberi inspirasi untuk banyak hal. Tapi entah kenapa untuk hari ini tidak ada maaf baginya.
Jika mau jujur sebenarnya ingin sekali merangkulnya kembali, memeluknya dan bicara dari hati ke hati. Menumpahkan segala-galanya, Tangisku, marahku dan segala macam rasa yang menyesak di dadaku. Namun ego ini telah menggiring kami pada kebisuan yang panjang.

Akhirnya hari yang kujalani menjadi sangat kelabu. Air mataku tumpah juga, walau sebenarnya tak harus menangis. Biarlah, untuk sementara aku ingin menjauh saja darinya. Melupakannya tentu saja tidak mungkin. Iapun tidak akan sanggup melakukannya. Karena kami telah membinanya begitu lama. Aku telah menempatkannya di hatiku secara khusus. Apa mungkin secara perlahan ia akan terhapus dari hatiku? Aku tak ingin melakukannya. Karena tentu saja tidak mudah menghapus semua kenangan bersamanya. Karena ia adalah sahabat yang sangat kubanggakan. Jika kupaksakan juga maka tentu aku akan merasakan sakit, dan harus merawat luka itu sendiri.
Dibalik semua kesedihan itu, aku mendapatkan sebuah pelajaran berharga. Aku berusaha menyembunyikan kesedihan hatiku. Membalutnya denga senyum yang kubuat seindah mungkin. Tapi sungguh…aku tidak berhasil membuat orang-orang senang. Ada saja alasan pelangganku untuk tidak jadi berbelanja. Akhirnya aku tak dapat apa-apa hari ini. Ternyata dalam berbisnispun, emosi sangat berpengaruh. Aku belajar bahwa suasana hati sangat menentukan orang-orang akan berbelanja atau tidak.
Meskipun aku tidak melayani orang-orang dalam keadaan marah, tetapi tetap dengan senyum yang sangat ramah. Namun mereka bisa membaca aura kesedihan yang kupancarkan, tentu saja mereka akan merasa sangat tidak nyaman, dan akhirnya memilih pergi. Ini sangat tidak menguntungkan untuk bisnisku. Seharusnya aku tidak membiarkan perasaan sedih menggayut terlalu lama. Karena jika keseringan begitu, ujung-ujungnya aku bisa bangkrut. Dan usahaku bisa gulung tikar. Jangan samapai itu terjadi.
Aku harus cepat-cepat mengusir rasa sedihku, karena sepertinya emosi dan perasaan itu mudah sekali menular. Aku harus menularkan perasaan dan emosi-emosi positif pada orang lain. Agar mereka juga menangkapnya sebagai sinyal positif, dan mereka akan dapatkan ketenangan. Da merasa nyaman jika berada di dekatku. Inilah saat yang tepat untukku bisa menjual dengan baik.
Semoga ini bisa menjadi pelajaran juga buat anda.

ditulis pada 2o januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar