Kamis, 28 Juli 2011

Bu Dokter


Seorang dokter jebolan universitas ternama di Indonesia. Pernah mengabdikan dirinya di rumah sakit, kemudian pilihan hidupnya berubah dari seorang dokter menjadi seorang ibu rumah tangga. Tidak mudah mengambil keputusan, harus meninggalkan profesi yang sedari kecil menjadi impiannya. Perjuangan untuk menyelesaikan pendidikan dr pun bukanlah suatu usaha yang ringan. Belum lagi harus memberikan penjelasan kepada orang tua tentang pilihan hidup yang akan dijalaninya.

Siapapun orang tuanya pastilah sulit menerima keinginan anaknya. Bahkan sebagian orang akan mengatakan itu adalah sebuah kesalahan. Atau mungkin pilihan yang bodoh. Rumit begitulah kata yang tepat untuk melukiskan dilema yang tengah dihadapinya. Agama mengajarkan untuk harus patuh dan taat pada suami. Itu menjadi pegangan kuat baginya.



Suaminya seorang direktur di sebuah perusahaan plat merah, yang menuntutnya harus bersedia dipindahkan kemana dan kapan saja ke seluruh pelosok negeri. Awalnya ia menjalani hidup terpisah dengan suaminya karena ia mencintai profesinya sebagi seorang dr. Tapi tak lama karena ia seperti tidak tahu arti hidup yang dijalaninya. Punya keluarga tapi tak ada di sisinya. Inilah yang menjadi awal pergolakan bathinnya.

Bertahun ia bertahan sambil terus berusaha mencari jalan terbaik yang harus di tempuhnya. Dari sebuah penjelajahan pemikirin yang panjang ia memutuskan ia harus ikut suaminya, bersiap menjadi ibu rumah tangga yang setia mendampingi suami. Menjadi pendidik bagi putra-putrinya. Ia mengorbankan egonya untuk terus bekerja sebagai seorang dr.

Kini ia hanya seorang ibu rumah tangga, dia bangga dengan profesi barunya, hari-hari ia menikmati hidupnya. Perlahan tapi pasti kedamaian telah di dapatkannya.Dia tak menganggap rendah profesinya, karena ia terus belajar dan belajar. Ia selalu haus ilmu, ia memanfaatkan setiap detik dalam hidupnya untuk sesuatu yang bermanfaat. Membagikan ilmunya kepada orang lain.

Hari-harinya lebih bermakna. Ia menemukan arti hidup yang sebenarnya, mencari surga Allah yang maha indah adalah impiannya. Dunia begitu kecil dan tak berarti apa-apa baginya. Di tengah kekayaan materi yang berlimpah yang dimilikinya ia tetap hidup dengan sangat sederhana.

Meskipun mobil mewah ia punya, namun tak ada rasa malu ketika ia harus naik ojek. Di tengah orang-orang di sekelilingnya berlomba dengan pakaian yang serba lux. Ia tampil bersahaja dengan balutan kerudung dan pakaian biasa yang harganya bisa ditebak semua orang. Meski begitu aura yang dipancarkannya menyejukkan setiap pasang mata yang memandangnya. Dialah seorang ibu, yang penuh kasih dan inspiratif.




2 komentar:

  1. Mak kok ga bisa di follow blognya???

    BalasHapus
  2. hihi iya ya? ntr d perbaiki deh..
    mksih y lu dah jenguk gw k sini hehe

    BalasHapus