Sabtu, 30 Juli 2011

Lidah, Terpenjaralah Kau (Renungan Akhir Tahun)


Semua persiapan untuk menyambut tahun baru sudah dilakukan. Menghitung rugi atau laba dari setiap penghasilan mungkin juga sudah selesai tinggal dibukukan. Pesta perayaan pergantian tahunpun sudah menunggu. Bagi sebagian orang menyambut detik-detik pergantian tahun adalah sebuah keharusan. Suara trompet, petasan dan kembang api yang berkilauan di langit malam sebuah pemandangan langka yang ditunggu-tunggu setiap thnnya. Bagi pedagang kaki lima inilah saat yang tepat mengumpulkan pundi-pundi uang dengan menjual trompet ditempat-tempat keramaian.

Namun apakah ada yang terlupakan? Menghitung dosa dan amal apakah sudah masuk agenda evaluasi tahun ini. Bukankah seharusnya itu hal yang utama yang harus dilakukan? Terkadang kita terlena dengan kehidupan dunia yang menggairahkan, sehingga lupa bahwa pada dasarnya pergantian tahun membawa kita pada usia tua yang mungkin tak pernah kita dambakan. Artinya kematian akan semakin dekat. Sah-sah saja merayakan pergantian tahun dengan penuh suka cita, tapi tidak dengan cara yang berlebihan yang akhirnya menjebak kita untuk terjun ke lembah nista.

Catatan di akhir tahun ini, adalah bagaiman kita bisa menahan diri dari segala sesuatu yang membawa kita jauh dari Tuhan. Melupakan tempat berpegang yang benar, dan membiarkan diri terus berada dalam lingkaran dosa yang tak pernah putus. Belum sempat memohon ampunan atas dosa yang diperbuat dihari kemaren, dan hari inipun mungkin masih melakukan dosa. Inilah momen yang tepat untuk melakukan introspeksi diri secara menyeluruh. Bukan hanya untuk mengejar sukses kehidupan dunia namun juga keridhaan Allah untuk hidup di akhirat kelak.
Dimulai dari hal-hal yang paling sederhana, di tahun yang baru nanti semoga kita akan terlahir sebagai pribadi yang baru. Pribadi yang mampu menjaga lisan dari semua perkataan yang tidak bermanfaat. Allah mengangkat derajat seseorang pada saat ia mengeluarkan satu kata yang bermanfaat yang diridhaiNya. Dan sebaliknya Allah akan memasukkan seseorang ke dalam neraka jahannam karena mengeluarkan satu kata yang menyebabkan murkaNya.

Inilah yang sering kali kita lalai, kita tidak sadar dengan apa yang diucapkan sehingga mungkin saja ucapan itu menyebabkan mudharat bagi diri sendiri ataupun orang lain. Sebagai perempuan hal ini mungkin akan lebih khusus saya tujukan untuk diri sendiri, dan untuk kaum perempuan dimana saja. Karena yang paling sulit menahan lisan biasanya adalah para perempuan. Tetapi bukan berarti kaum laki-laki terbebas dari lisan yang kotor.
Seperti kata pepatah mulutmu adalah harimaumu, yang akan menerkam kepalamu. Jika ingat ganjaran bagi manusia yang tak mampu menahan bicaranya, maka diam adalah pilihan yang terbaik. Daripada harus bicara dan ia merasa hebat dengan apa yang dibicarakannya. Maka diam saat itu adalah emas baginya. Allah telah menciptakan manusia dengan begitu sempurna, Manusia memiliki bentuk fisik yang luar biasa, diciptakan dengan anggota tubuh yang lengkap yang tentu saja semuanya ada manfaat dan fungsinya masing-masing. Hakekatnya seluruh organ termasuk sel jaringan dan atom, molekul yang membentuk tubuh semua diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Maka manusia tidak boleh menentang fitrah penciptaan itu.
Manusia harus mampu menjaga agar semua anggota tubuh berjalan sesuai fungsinya.

Dari sekian banyak anggota tubuh, Lidah adalah salah satu organ tubuh yang paling mudah tergelincir dan lari dari kodratnya, teramat sulit menjaganya. Padahal Allah telah menempatkannya di tempat tertutup. Dipenjara diantara sederetan gigi yang begitu kuat. Dikunci lagi dengan kedua mulut yang tertutup rapat. Tetapi lhatlah ketika ia terlepas apa saja dibicarakannya. Ia begitu tajam menusuk siapapun yang menjadi mangsanya. Karena lidah terjadi fitnah, karena lidah bisa menjadi bencana, dan sumber terjadinya kejahatan. Sebab kelalaian kita dalam mengendalikan lisan sama saja artinya dengan membiarkan syetan-syetan berpesta pora menebar kemaksiatan.
Karena itu semua…jadikan ini sebagai renungan akhir tahun. seberapa banyak lisan yang kita gunakan untuk kebaikan, untuk bicara yang bermanfaat? Tentu saja kita harus tetap ingat meskipun mengendalikan lidah dari segala perkataan buruk dan berhati-hati menjaganya dalah sebuah keharusan. Ada saatnya dimana kita harus dan wajib berbicara, karena mungkin saja dari apa yang kita bicarakan seseorang tertolong, atau mendapat kemudahan karenanya. Sebab mungkin pembicaraan kita adalah moivasi bagi orang lain untuk melakukan kebaikan.


Desember 2010
Selamat Merenung di akhir Tahun

4 komentar: