Kamis, 10 November 2011

Debu-Debu Rindu

Dalam heningku,
aku berharap kau akan mengucapkan sesuatu
Dalam ketidak mampuanku bicara.
Aku menunggu sebuah kalimat mengalir dari bibirmu

Dalam keresahanku …
aku terus saja menunggu
Engkau mengunci mulutmu sebegitu rapatnya
Mengurung diri dalam kebisuan,
menutup telinga sekuat-kuatnya,
Bahkan matamupun terpejam tak bisa melihat ke arahku

di sini aku terpaku menantimu
Enggan aku beranjak dari ketidakpastian ini
Berat langkah kuayunkan untuk berpaling dari kharismamu

Apa sebenarnya yang kucari…?
Aku tak pernah mengerti
Berusaha kusapu semua bayanganmu,
Membersihkan hatiku dari debu-debu rindu yang telah kau taburkan

Bimbang kupaksakan diri untuk melabuhkan cinta denganmu
Engkau seperti suluh yang tiba-tiba menyala saat kumeraba dalam kegelapan
Tapi hanya sesaat, karena cahayamu tertutupi oleh sinar terang rembulan malam
Namun tak bisa aku mencampakkan dirimu ke dalam kejauhan bumi

Bagaimana aku bisa membuang suluhku
Sebab aku tak tahu apakah besok bulan akan kembali muncul
Jadinya kusimpan saja dalam keremangan
karena dirimu akan tetap jadi teman dalam gelapnya malamku

Cinta takkan pernah bisa kusembunyikan
meski kubawa berlari kemanapun juga
Kucabutpun rasa ini tetap saja ia tumbuh kembali,
karena kau menancapkan akarnya begitu kuat
mencengkram dalam hatiku
Engkau pasti tidak akan tahu
seberapa kuat aku telah menanggung beban cinta ini sendiri

5 komentar:

  1. Terima kasih.

    tapi maaf saya sudah punya pacar yang masih aku rahasiakan,

    inisialnnya (shelly)
    hihiihih

    BalasHapus
  2. wakakakkak huahahah

    ohh itu inisial toh hahhaha

    BalasHapus
  3. wkwkkwkwkkwk... paparoni aneh-aneh.... :P

    BalasHapus
  4. si ulil nyamber aja kayak ikan lele

    wkwkwkk

    BalasHapus
  5. wakakkak bapak ma anak kok sama aja badungnya yach haha

    BalasHapus