Senin, 07 November 2011

Perjalanan Bersama Keluargaku

Mei, 2006
Tanpa terasa hari-hari yang telah kulewati begitu cepat berganti. Sepertinya baru kemaren aku menikah dengan suamiku, ternyata tak lama lagi aku akan menjadi seorang ibu, dan suamiku tercinta akan menjadi seorang ayah. Kini janin yang ada dalam kandunganku telah berusia 8 bulan kurang 7 hari. Begitu besar anugerah yang diberikan Tuhan untukku dan keluargaku, aku bersyukur padaNya atas limpahan rahmat yang tak terkira ini.

Aku sangat berbahagia sekali menantikan kelahiran sang buah hatiku ini, semoga Tuhan menjaga perkembangan dan pertumbuhannya. Aku hanya berdoa kepadaNya agar aku dan bayiku sehat, sehingga kami bisa selamat dalam persalinan nanti. Berikan kemudahan ya Tuhan. Berikan kecerdasan kepada anakku nantinya.


Delapan bulan sudah aku merasakan menjadi calon ibu, betapa tidak mudahnya semua ini untuk kujalani, namun aku bahagia karena memiliki suami yang sangat menyayangi dan memperhatikan aku, sehingga aku bisa berbagi dengannya. 2 bulan terakhir ini aku merasakan gerak anakku kuat sekali, terkadang aku sampai terkaget-kaget namun aku sangat menikmatinya. Betapa sempurnanya hidupku dengan adanya calon bayi ini, kebahagiaan pasti akan segera menjelang dalam keluarga kecilku ini.

August 16, 2008
Times goes by very quicly, ini adalah kata yang tepat untuk menggambarkan betapa cepatnya waktu berlalu. Alur hidup mengalir begitu saja. Si kecil sudah berusia 2 thn 2 bulan. Benar-benar surprise yang luar biasa kuberikan gadis kecilku nama Syadza yang berarti harum, sebuah doa yang tulus dari seorang ibu semoga putri kecilku tumbuh menjadi perempuan yang selalu disayangi semua orang, seharum namanya aku sangat bangga dengan gadis kecilku yang lucu rumah ini terasa begitu lengkap dengan kehadirannya Hatinya yang riang, polos dan penuh ketulusan teramat memberi inspirasi dan kekuatan bagiku dan suamiku.

Juli, 2009
Putra kedua telah lahir bulan ini, Sehat dan lucu sekali. Allah begitu baik, inilah anugrah terindah yang kudapatkan untuk kedua kalinya. Bersama kelahirannya kupanjatkan doa yang begitu dalam semoga ia akan menjadi lelaki yang shaleh, berbakti dan berguna bagi agama, bangsa dan negaranya. Kehadiran sikecil menambah semangat yang luar biasa dalam kehidupan rumahtangga kami. Tidak hanya saya tetapi terlebih lagi suami yang semakain menunjukkan kasih sayang dan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga. Semoga keceriaan ini akan terus ada di rumah kita selamanya.

Januari, 2011
Makin hari sikecil semakin pintar. Karena umurnya juga bertambah, sekarang kakak sudah 4,5 tahun, sedangkan dedek sudah 1,5 tahun. Rumah ini begitu ramai karena ulah mereka. Terkadang seperti Tom & Jerry. Bermain, lalu rebutan mainan kemudian bertengkar, menangis dan berdamai lagi. Menakjubkan melihat perkembangan mereka masing-masing. Aku selalu mencatat setiap pertumbuhan mereka sebuah metamorfosis yang begitu sempurna. Aku tak pernah kehilangan momen di masa-masa yang paling membahagiakan, dimana mereka pernah hidup sebagai anak kecil dengan semua tingkah dan kelucuannya. Ada saja ulahnya yang membuatku tertawa, bahkan begitu polosnya seringkali kata-kata yang keluar dari mulutnya menyentak dan membuatku berpikir tentang apa yang dikatakannya. Seperti hari ini Kakak yang tiba-tiba saja sibuk menghitung tahi lalat di wajahku. Diam-diam aku memperhatikan saja apa yang dilakukannya. Lalu iseng aku bertanya.

” Kakak, kalau bunda meninggal bagaimana?” entah kenapa tiba-tiba pertanyaan itu yang meluncur dari bibirku.
“Kakak cari bunda baru aja…” jawabnya tanpa sedikitpun exspresi
” ha ha ha…” tentu saja aku tertawa dengan jawaban spontannya itu, dia sendiri pasti tidak pernah tahu mencari bunda baru itu apa? Lalu aku bertanya lagi
” Kakak akan cari dimana bunda yang baru itu?”
” di pasar, atau dimana saja”. Jawabnya dengan lugunya.
” Kakak mau bunda baru yang seperti apa? Trus kenapa carinya di pasar? Tanyaku
” Ya..kakak cari bunda yang seperti ini, yang ada tahi lalat di hidungnya” sambil menunjuk ke hidungku.
” Di pasar kan ada yang jual…”ucapnya melanjutkan. Dia mungkin juga berpikir manusia juga diperjual belikan.
“kakak sayang sama bunda ga?” tanyaku lagi
” Sayang sekali, makanya kalau bunda meninggal kakak cari lagi yang seperti bunda” urainya.

Ahh…ada-ada saja pikirku, percakapan itu menjadi renungan juga untukku setelah itu. Bagaimana kalau aku mati, anak-anakku bagaimana?. Pertanyaan bodoh, kalau aku mati tentu saja anak-anak akan tinggal bersama bapaknya. Karena kematian itu adalah sebuah kepastian, kenapa harus takut memikirkannya, yang terpenting saat ini adalah aku harus meninggalkan sesuatu untuk mereka, tidak hanya materi. Tetapi lebih dari itu, Ilmu yang bermanfaat, agama yang benar tempat ia berpegang, Sebuah harapan besar dalam diriku ketika aku sudah tak ada lagi mereka tetap teguh menjalankan agamanya. menanamkan nilai-nilai yang benar kepada mereka. Sehingga pada saat nanti aku pergi mereka tahu kemana mereka akan melangkah. Dan tidak tersesat dalam kegamangan.

Ditulis Januari 2011

2 komentar: