Sabtu, 19 November 2011

Sebelum Senja (Kisah Tobatnya Seorang Preman)


Hari itu masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas. Saat orang-orang masih pulas dan mendengkur dengan mimpi indahnya, laki-laki muda itu sudah bangun. Sama sekali tak ada keterpaksaan yang menggantung di wajahnya melakukan rutinitas.

Udara pagi begitu dingin menusuk sampai ketulang-tulangnya. Suara kokok ayampun belum terdengar, karena waktu masih menunjukkan pukul 3.30 dini hari. Dengan mata setengah mengantuk ia melangkah ke kamar mandi. Ruangan yang sempit tapi bersih, karena istrinya selalu rajin merawatnya. 


Ia mencuci muka dan berwudhu. Terasa air bagaikan lelehan es menyirami wajahnya. Setelah berwudhu ia membentangkan sajadah, dan melakukan shalat dua rakaat. Khusuk ia mengerjakannya, Ia masih bersila di sajadah itu sampai azan subbuh berkumandang. Dalam doanya yang panjang suaranya terdengar lirih, sepertinya ia menangis.

Tak terasa fajar mulai menyingsing, matahari telah terbit. Ia menurunkan bungkusan karung yang lumayan besar dari atas sepeda ontel bututnya. Lelaki itu menggelar dagangannya. Dan mulai bersorak. Memecah pagi dengan gayanya yang khas. Dia hanya seorang pedagang kaki lima. Merantau jauh ke negeri orang demi mencari hidup yang lebih baik. 

Tubuhnya kurus dan kecil. Gayanya selayaknya anak remaja masa kini. Terlihat bersih dan rapi. Sebuah topi pet berwarna gelap selalu dipakainya, untuk menutupi kepalanya dari terik matahari. Senyumnya selalu mengembang, tak terlihat jika sebenarnya beban hidupnya cukup berat. 

Bayangkan diusianya yang baru 25 th, dia sudah harus menjadi kepala keluarga untuk menghidupi istri dan satu anak lelakinya. Begitu gigih dan tekun ia menjalani hidupnya. Sebenarnya jika ia mau, mungkin ia bisa hidup lebih baik. Tapi ia memiliki masa lalu yang kelam. Dia tidak pernah kuliah, ijazah SMA saja ia tak punya. Bukan karena ia tak bersekolah, tapi karena dulu ia begitu nakal.

pergaulan dengan teman-teman membawanya menjadi seorang preman kelas teri. Sekolah menengah pertama (SMP) saja ia harus 3 kali pindah. Karena sekolah mengeluarkannya sebab kenakalannya. SMA nya juga begitu, harus pindah kesana kemari baru akhirnya selesai. Tapi sayang ijazahnya tidak diperoleh karena uang SPP yang diberikan orang tua tidak pernah dibayarkannya. 

Hari-harinya hanya bermain huru hara bersama teman-temannya. Berkelahi, tauran, bahkan mabuk-mabukan, itulah makanan sehari-harinya. Tak ada yang bisa menasehatinya. Beruntung ia masih punya kedua orang tua yang begitu luar biasa. Sekalipun orang tuanya tak pernah menyesal memiliki anak sepertinya. 

Kesabaran mereka tak terkira, dan tiada bandingannya. Setiap kali anak lelakinya itu membuat ulah, mereka tetap menasehatinya dengan baik, Tak pernah kata-kata kasar keluar dari mulut mereka, bahkan sekalipun mereka tidak pernah memukulnya, walaupun sebenarnya ia layak mendapatkan pukulan atau tamparan dari orang tuanya. 

Semarah-marahnya mereka hanya mengatakan “Jika kau masih berbuat onar lagi, lihatlah nanti kau akan merasakan akibatnya..!” hanya itu yang diucapkan mereka. Karena mungkin setiap ucapan orang tua adalah doa, setelah mengatakan itu, ketika sore anaknya pulang sudah dalam keadaan penuh darah. Apalagi yang dilakukannya kalau tidak berkelahi.

Orang tuanya akan bilang.“Dengarkanlah nak, kau akan tetap begini. Aku tidak akan memukulmu karena kelakuannmu, tapi Allah tidak diam, ia akan membalas setiap luka yang kau gores di hati kami. Karena itu berobahlah nak. Berusahalah untuk menjadi anak yang baik.”.

Kata-kata itu menusuknya, tapi hanya sesaat. Karena besok akan terjadi lagi. Begitulah setiap hari. Dan entah berapa lama ia terus membuat ulah. Apa yang dilakukan orangtuanya yang hebat itu. Mereka tidak pernah putus berdoa untuk kebaikan putranya. Dalam setiap shalat yang dilakukannya, mereka selalu memohon agar Tuhan membukakan pintu hati anaknya. Agar ia berhenti, dan kembali menjadi anak yang benar. Tuhan mendengar pinta mereka, Buah kesabaran itu telah dirasakan orang tuanya kini.

Lihatlah, pedagang kaki lima itu adalah remaja nakal beberapa tahun lalu. Tuhan telah memilihnya untuk mendapatkan cahaya iman dan hidayahNya, membuka pintu hatinya. Kehidupannya berubah. Perilakunya, kepribadiannya menjadi sangat baik. Dia menjadi lelaki sholeh, sabar dan tegar ia menjalani hari-harinya yang berat. 

Dengan mengayuh sepeda ontel itu ia ke pasar dan berdagang, dan harus kuat berlari ketika petugas keamanan melakukan razia pembersihan kota. Hidupnya sangat sederhana. Ia tinggal menyewa di sebuah rumah petak yang berukuran sangat kecil, hanya satu kamar. 

Terkadang tinggal juga di situ nenek istrinya. Tapi rumah sempit itu menjadi lapang. Karena begitu telaten ia menata, rumah itu bersih dan terasa nyaman tinggal di dalamnya. Mungkin karena penghuninya begitu bersahaja sehingga aura positif memancar dalam rumah sangat sederhana itu.

Suatu kali ia berujar “ Lihatlah orang itu, dia sesukses itu sekarang. Dia memulainya dari nol. Sayangnya aku terlambat memulai untuk menjadi orang baik. Jika cepat aku sadar mungkin sekarang aku sudah menikmati kehidupan yang lebih baik dari sekarang”

lalu air matanya menitik. Ia bukan menangisi keadaannya sekarang, bukan karena ketidak mampuannya memiliki apa yang dimiliki orang lain. Juga bukan karena hidupnya yang serba kekuragan itu. Tapi ia akan selalu menanagis betapa dulu ia begitu hina dan bodoh, menyia-nyiakan waktunya percuma untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya sama sekali.  

Semua sudah di atur Yang Maha Kuasa, jalan kita masing-masing sudah ditetapkan. Apa yang terjadi dulu adalah pelajaran untuk hari ini. Pemicu semangat agar bisa menjadi yang terbaik, tidak ada kata terlambat. Sebelum tuamu datang kamu telah menyadarinya. Sebelum senja, kamu telah punya suluhnya.

*ditulis 21 Januari 2011

2 komentar:

  1. Mbak fitriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii...mwah tlepoks,ketemu disiniiiiiiiii.. :D

    touching bangett...suka dengan kalimat ini "Lihatlah orang itu, dia sesukses itu sekarang. Dia memulainya dari nol. Sayangnya aku terlambat memulai untuk menjadi orang baik. Jika cepat aku sadar mungkin sekarang aku sudah menikmati kehidupan yang lebih baik dari sekarang"

    BalasHapus
  2. wahahhaha Mba Zwannn hihi
    trimakasih udah mampir mba..haddeahhh capek ya..
    minum2 dulu ya heheh...
    yupp tapi g ada kata terlambat u memulai mnjdi lebih baik y mba :)

    BalasHapus