Kamis, 10 November 2011

Gunakan Prinsip Si Tukang Jahit dalam Menulis

Ketika saya merasakan sesuatu, cepat-cepat saya langsung menuliskannya. Entah itu di hp, atau di kertas kecil, atau dimana saja yang penting ditulis dan bisa saya baca lagi suatu saat. Karena jika tidak begitu, takut nantinya saya tidak bisa lagi merangkai kata-kata seperti yang ingin dituangkan saat itu juga. Terkadang hanya satu kalimat, kadang bisa satu paragraph bahkan akan sangat senang sekali jika dalam sesaat itu bisa langsung jadi sebuah tulisan.


Saya tidak mau membuang begitu saja tulisan-tulisan yang hanya sepenggal-sepenggal itu, karena keyakinan saya, suatu saat nanti pasti bermanfaat juga. Karena saya bukanlah penulis sebenarnya alias hanya coba-coba menulis. Jadi saya tidak tahu apa itu menulis sepenggal-sepenggal. Saya tidak perlu juga menggunakan bahasa jurnalis untuk menyebutkannya pada anda. Meskipun saya pernah mendengar menulis sepenggal-sepenggal itu disebut clustering dalam dunia jurnalistik. Tapi saya sesungghnya tidak tahu apa arti kata itu sebenarnya. Jadi biarlah saya menyebutnya dengan menulis sepenggal-sepenggal, lebih enak juga kedengarannya bukan ?.
Penggalan-penggalan tulisan itu, suatu saat ternyata bisa menjadi sebuah cerita indah. Atau puisi yang menakjubkan, bahkan sebuah tulisan hebat, tentu saja setelah anda menemukan kata lain yang pas untuk menyambungnya sehingga menjadi tulisan yang anda inginkan.

Ketika saya menulis sepenggal kalimat, itu adalah gambaran perasaan saya saat itu. Bisa jadi saat itu saya menulis dalam keadaan saya sedang bahagia, gembira karena disebabkan sesuatu hal. Tapi bisa juga tulisan sepenggal itu adalah pelampiasan rasa marah, sedih dan kekecewaan yang tak terkira. Bahkan tak jarang juga saya menuliskan sebuah kalimat dengan ditemani derai airmata. Melankolis sekali sepertinya tapi itulah hidup, penuh dengan suka dan dukanya. Setelah menuliskan perasaan walau hanya dalam satu kalimat, sedikit akan mengurangi beban. Dan lalu saya akan menyimpannya.

Ketika suatu hari saya baca kembali, saya menemukan kata lain yang bisa saya sambungkan dengan penggalan kalimat itu. Saya jadi tertawa karena apa yang awalnya hanya sepenggal cerita sedih menjadi sebuah tulisan yang punya ending bahagia, kenapa bisa begitu? Ya tentu saja karena suasananya telah berbeda, perasaan saat menyambungnya juga sudah lain lagi.

Jadi menurut saya, jangan katakan anda tidak bisa menulis, ketika belum ada satu tulisanpun yang berhasil anda tulis. Mulai sajalah dengan tulisan sepenggal-sepenggal itu. Karena menjadi penulis harus punya prinsip seperti tukang jahit pakaian, tak ada perca-perca kain yang terbuang. Sipenjahit akan menyimpannya, jika sudah menemukan paduan yang pas ia akan menjahitnya gingga menjadi sebuah desaign baru. Atau bisa juga dipasangkan sebagai asesoris penambah aksen cantik pada pakaian lain yang sudah jadi. Begitu juga dengan tulisan. Tinggal anda pintar-pintar dimana anda akan memasang penggalan kalimat usang yang pernah anda buat itu, dan dia akan memperkaya tulisan-tulisan anda.

ditulis Januari 2011

3 komentar:

  1. Ya, setuju. Sepenggal demi sepenggal lama-lama jadi tebal. Hehehe...
    Tulisan yang bagus, yang mampu membuat saya lebih bersemangat (selalu) menulis.
    Salam kenal.

    BalasHapus
  2. hehe
    terimkasih mas Edi..smngt sll
    salam kenal kmbali ya :)

    BalasHapus