Kamis, 10 November 2011

Perlu Kestabilan Untuk Bertahan Hidup

Setiap orang memiliki cara atau respon tersendiri terhadap satu persoalan. Tergantung dari sisi mana mereka melihat masalah itu. Adakalanya ada orang yang langsung bersorak ketika menerima sebuah kabar gembira, tapi tak jarang pula hanya dengan mengucap syukur pada sang pencipta sudah cukup baginya. Begitu juga ketika menghadapi masalah, pada sebagian orang hal-hal yang dianggap sulit merupakan sebuah tantangan dalam meraih sukses, tapi sebagian yang lain itu adalah halangan bahkan ada yang lebih extrim menganggap itu malapetaka. Lalu bagaimanakah mensikapi sebuah persoalan secara bijak ?


Tergantung sudut pandang yang digunakan untuk melihat sebuah persoalan. Kondisi psikologis juga akan berpengaruh terhadap sudut pandang yang kita gunakan itu. Pada suatu hari saya benar-benar kecewa dan merasa sangat terpukul karena ulah seseorang. Lalu perasaan itu saya ceritakan kepada suami saya, dengan hati yang begitu terluka dan tentu saja dengan sangat marah. Suami saya dengan penuh perhatian membiarkan saya bercerita, memuntahkan semua kegalauan dalam hati dan perasaan saya. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya sebelum saya selesai bercerita. Dan setelah saya merasa puas, dan tak adalagi yang akan ditumpahkan barulah ia berkata. Awalnya saya berpikir ia akan mengatakan sesuatu yang menghibur yang membenarkan cerita saya. Tetapi dugaan saya salah sama sekali. Dia hanya berucap

” ooo…begitu…! Sebenarnya masalahnya tak serumit itu! Coba kita lihat dari sudut pandang lain, karena membiarkan satu persoalan mempermainkan perasaan kamu, akhirnya kamu membuat sebuah kesimpulan yang seratus persen belum tentu benar.”

Jawabannya mengecewakan saya, tetapi beberapa saat setelah saya kembali mengajak pikiran dan logika untuk terlibat maka saya tahu bahwa yang diucapkan suami saya benar.
Seringkali, ketika dihadapkan pada satu masalah kita terlalu cepat membuat kesimpulan sendiri dan melibatkan lebih banyak perasaan sehingga pikiran menjadi tidak jernih lagi sehingga tidak bisa melihat persoalan secara objektif. Harus kita sadari bahwa kehidupan dengan berbagai persoalan yang rumit senantiasa membawa kita menjadi manusia yang selalu khawatir dan was-was.

Seharusnya dalam kehidupan yang tidak stabil ini kita membutuhkan kestabilan dalam berpikir. Kita akan gagal dan kalah jika tidak mampu membuat keseimbangan berpikir dan perasaan, agar tetap stabil dalam hidup hingga mendapatkan ketenangan. pada saat ketika kita dilanda masalah itulah saat yang tepat untuk menaikkan peringkat kita menjadi lebih baik. Karena kita harus juga menyadari masalah - masalah itulah yang menjadikan kita besar. Pikiran yang jernih seperti mata air yang deras yang akan membawa manusia ke suatu titik kemuliaan. Jika tidak ada kepercayaan diri dan cara pandang yang positif tentu kita akan terbawa arus dan tenggelam dalam keruwetan hidup yang tak terselesaikan.

Lalu bagaimanakah cara mengamankan diri kita dari masalah hingga tidak menjadikan kita sengsara karena pikiran dan perasaan-perasan yang berlebihan? Tentu saja kita harus membangun sendiri pola berpikir untuk diri sendiri. Dengan cara itu kita dapat memutuskan dan menentukan sikap, langkah dan tingkah laku yang akan kita jalankan. Sehingga kita mampu membimbing jiwa kita kepada pemikiran yang benar. Sikap optimis dan pandangan - pandangan positif terhadap segala hal di luar diri kita akan sangat membantu kita menjadi pribadi yang matang. Sikap-sikap demikian akan memberikan kita harapan -harapan positif sehingga kita terbebas dari semua jeratan derita hidup. Jadi jelas perlu kestabilan untuk bisa bertahan hidup.

Ditulis Januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar