Selasa, 22 November 2011

Mengapa Anda Membeli, Karena Butuh? atau Ingin?

Dapat pelajaran berharga hari ini. Seorang pelanggan datang ke toko mencari baju untuk anaknya. Dengan ramah aku menyapanya, tentu saja dengan senyum tulus yang tidak dibuat-buat. Karena begitulah seharusnya memperlakukan pelanggan. Dalam strategi pemasaran apa saja bisa dilakukan dalam menarik pelanggan. Mulai dari kualitas produk yang ditawarkan, mengeluarkan budget besar untuk pemasangan iklan. Atau promosi langsung dari mulut ke mulut, tentu saja ini akan berhasil jika pelayanan yang diberikan baik.

Bahkan yang cukup heboh sekarang di kota saya ada para penjual datang dan menyewa sebuah gedung pertemuan selama beberapa bulan. Lalu memberikan undangan kepada masyarakat untuk mengahadiri pertemuan yang sudah di atur jadwalnya setiap hari. Bagi masyarakat yang datang nanti pulangnya membawa oleh-oleh yang didapatkan dengan gratis. Pertemuan pertama masyarakat diberikan 2 liter minyak goreng kemasan, pertemuan selanjutnya adalagi hadiah gratis yang diberikan.



Dalam pertemuan itu masyarakat diberikan pengarahan tentang kesehatan, dengan system pembelajaran andragogi. Di dalam ruangan itu juga diadakan semacam terapi tertawa sehingga tentu saja ini akan memberikan efek positif bagi orang-orang yang mengikutinya. Secara psikologis pada saat kita tertawa, semua syaraf-syaraf tubuh akan mengendor, sehingga tubuh akan lebih rileks dan pikiran akan menjadi terbuka. Dan momen inilah yang dimanfaatkan si penjual untuk melakukan penjualan produk-produknya.

Tanpa sadar konsumen itu mempercayai sepenuhnya apapun yang disampaikan si penjual tentang produknya. Alhasil sipenjual tentu saja meraup untung yang tidak sedikit atas penjualan produk-produknya. Tapi yang lebih menarik dari semua itu adalah kehebatan si penjual dalam memperlakulan calon-calon konsumennya. Dengan memberikan undangan kepada setiap orang, adalah sebuah penghargaan yang tinggi yang dirasakan masyarakat. Kemudian mereka mendapatkan ilmu-ilmu baru dengan cara penyampaian yang diterima berbeda dengan metode ceramah atau pengarahan yang biasanya lebih menjemukan.

Dan yang paling penting mendapatkan Sesutu yang sifatnya gratis, ini adalah alasan utama mengapa orang-orang mau berbondong-bondong datang berkunjung. Tentu saja memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan uang diinginkan semua orang. Apalagi dalam kondisi perekonomian yang mencekik seperti sekarang. Sehingga hadiah-hadiah gratis itu merupakan bantuan yang sangat besar nilainya yang mereka terima, sehingga membantu mengurangi beban pengeluaran dalam keluarga. Ini berarti bagi masyarakat masalah mereka terpecahkan.

Ini adalah salah satu cara menarik pembeli yag bisa juga anda praktekkan. Apapun yang dilakukan untuk menarik pembeli, tentu tujuannya untuk kesuksesan bisnis anda. Tetapi sangat tidak gampang menjadikan konsumen-konsumen itu sebagai pelanggan yang besok akan kembli datang dan berbelanja lagi kepada anda. Lebih sulit mempertahankannya daripada sekedar menarik mereka untuk membeli.

Kembali pada pelanggan di toko saya tadi. Saya mencoba menerapkan metode menghadapi pelanggan, berusaha untuk mencari tahu apa yang dibutuhkannya, dan apa yang dapat saya bantu untuk memenuhi keinginannya itu dari apa yang saya miliki di toko saya. Lalu ia meminta baju upin ipin, saya menyodorkan baju yang dimintanya. kemudian ia menggeleng sambil berujar “Ini kebesaran…” lalu saya bertanya “ Berapa usia anak ibu..?” dia menjawab “masih bayi baru usia 10bln”. “Ooo..!” jawab saya sambil tersenyum, sembari berfikir apa yang bisa saya tawarkan yang lainnya. “Baju krishna ini mungkin cocok, karena ini berukuran lebih kecil..” dia menggeleng lagi “Dia maunya upin ipin, karena dia belum tahu Krishna” saya kembali terdiam…dan saya mulai tahu..” Jadi ibu mau upin ipin..? saya punya bonekanya, ucap saya dengan semangat..” lalu ia terdiam sesat sebelum menjawab “anak saya laki-laki..” ujarnya. Dengan cepat saya mengatakan sambil menunjukkan bonekanya, ini boneka upin bu..laki-laki’ lama ia menatap boneka itu.


Kemudian ia mulai menawar harganya. Sambil berkata “ bolehlah…saya ambil ini, kebetulan upinnya juga pegang bola…sekarang kan lagi heboh sepak bola” ia terlihat senang dengan boneka itu, seolah dia sedang membayangkan anaknya bergembira menerima boneka upin. Saya membalas senyumnya dengan bahagia.
Saya belajar banyak dari ibu itu. Bahwa ternyata biasanya kita membeli sesuatu bukan karena kita membutuhkan barang itu, tapi lebih pada karena kita menginginkannya. Terbukti si ibu, sebenarnya dia butuh baju. Tapi yang diinginkannya kartun upin-ipin.

Keinginan itu sebenarnya adalah perasaan untuk memiliki. Ketika ia ingin upin-ipin saya tidak bisa memuaskannya dengan baju yang dipilihnya. Akhirnya ia memilih boneka. Dan membuat alasan-alasan logis untuk apa yang diinginkannya itu, dengan mengatakan boneka upin dengan bola ditangnnya cocok untuk anak lelakinya.

Saya mendapatkan ilmu baru hari ini, sebagai seorang penjual kita harus tahu apa yang benar-benar diinginkan oleh pelanggan yang bisa memuaskan perasaannya. Bukan hanya sekedar menjual, lalu mereka tidak puas, maka di jamin besok si pembeli itu tidak akan datang lagi ke toko anda. Sekarang coba cek barang-barang yang ada di rumah anda. Apakah anda membelinya karena anda benar-benar butuh atau karena anda hanya menginginkannya. Anda akan terkejut ternyata sebagian barang-barang itu tidak anda butuhkan, tapi anda tetap membelinya karena memenuhi keinginan anda.

*ditulis Januari 2011



Tidak ada komentar:

Posting Komentar