Selasa, 22 November 2011

Perjalanan Hidupku


Saya baru memulai usaha. Dalam bayangan saya punya usaha sendiri itu pastilah hebat. Selain ada tambahan income, hidup bebas tanpa perintah dari seorang boss, saya juga punya banyak waktu dengan anak-anak. Inilah yang menjadi titik penting ketika saya benar-benr memutuskan untuk membuka sebuah usaha.

Menyenangkan bisa mengawasi anak-anak setiap saat, dan menyaksikan setiap tahap pertumbuhan mereka yang luar biasa. Hingga saya tidak pernah ketinggalan momen-momen penting yang mereka lalui. Sungguh menakjubkan bisa menyaksikan sendiri perkembangan mereka, mulai dari lahir sampai sekarang mereka sudah bisa bermain sendiri.

Dulu setelah menamatkan kuliah di sebuah universitas negeri di Sumatera Barat, saya bekerja sebagai sekretaris di perusahaan swasta. Seringkali saya harus makan hati karena kelakuan boss yang semau gue, terkadang rasanya tidak kuat. Tapi saya bertahan karena saya memang butuh uang, dan gaji yang saya terima sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri saat itu. Selain itu saya juga malu jika masih harus bergantung dari keluarga.

Sampai akhirnya saya menikah dan hidup bahagia dengan suami saya. Karena memiliki pekerjaan tetap, suami meminta saya untuk berhenti bekerja. Dan saya mulai fokus hanya mengurus rumah tangga. Bisa dibayangkan hidup saya sebagai ibu rumah tangga, mengerjakan pekerjaan rumah. Nonton telenovela, shopping, jalan-jalan sama ibu-ibu. Dunia saya menjadi glamour, saya merasakan ini bukan diri saya yang sebenarnya. 

Lama-kelamaan saya mulai merasa jenuh dengan rutinitas saya. Saya ingin melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat, agar intelektual saya juga bisa terus terasah. Pernah saya begitu stress dan merasa diri sangat bodoh. 

Saya meminta suami memasang jaringan internet di rumah, agar saya juga punya askses dengan dunia luar. Saya minta dibelikan printer, dan saya mulai mencoba menulis. Menulis apa saja yang ada dalam pikiran saya, menumpahkan kegalauan hati dan segala macam perasaan yang saya rasakan. 

Jika pekerjaan rumah tangga sudah selesai saya akan menulis, dan semangat saya muncul ketika satu tulisan saya keluar di sebuah majalah muslimah nasional (UMMI) waktu itu. Saya kembali menemukan semangat hidup, saya mulai menjelajah di dunia maya. Tapi dulu saya tidak tahu bagaimana caranya posting tulisan di internet. Hingga saya baru tahu sebulan lalu ada kompasiana, setelah baca bukunya mas  Wisnu Nugroho. Kini saya tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk menulis ini.

Kembali ke kehidupan saya, ternyata menulis juga tidak selalu saya lakukan karena saya sering mengalami kekeringan ide. Lalu saya meminta kepada suami untuk membuka usaha sendiri saja. Saya sudah coba ikut tes cpns, tapi mungkin keberuntungan saya tidak di situ. Akhirnya menjadi pengusaha adalah pilihan yang paling pas menurut saya.

Saya mulai memikirkan usaha apa yang akan dirintis, saya bertanya kepada orang-orang yang telah lama terjun di dunia bisnis. Saya membuat perencanaan. Setelah mantap sayapun memulainya dengan semangat yang luar biasa. Semua tabungan kami tanamkan sebagai modal awal. Sekarang satu tahun berlalu, saya banyak belajar. Setidaknya pelajaran terpenting itu adalah bagaimana susahnya mencari uang, kalau dulu tahunya hanya dikasih sama suami. Sekarang merasakan sendiri. 

Saya juga tahu bahwa ternyata apapun yang kita jalankan dalam hidup ini, semuanya penuh dengan tantangan dan resiko. Dulu mungkin faktor resiko sudah masuk dalam perhitungan saya, tetapi tentu saja tidak persis seperti yang dialami saat ini. Sekarang jika anda bertanya kepada saya apa saya sudah sukses di bisnis saya? Maka saya tidak akan menjawab kalau saya gagal. Tapi saya akan katakana kepada anda semua saya belum berhasil, dan saya pasti akan berhasil.

Anda pasti bertanya-tanya apa yang terjadi dengan bisnis saya?. Tidak terjadi apa-apa sebenarnya. Yang terjadi sekarang pengeluaran saya lebih besar daripada pemasukan. Dalam istilah ekonomi tentu saja ini sudah disebut sebagai rugi. Hanya saja saat ini pasar memang sepi, dan semua orang lebih memilih mengutamakan kebutuhan primer daripada harus berbelanja hal-hal yang belum dirasa perlu. Tapi itu bukan sebuah alasan yang tepat juga, mengambing hitamkan kondisi perekonomian dalam keterlambatan sukses saya bukanlah suatu hal yang bijak. Suami saya bilang kita coba setahun lagi, jika masih begini kita tutup.

Saya sangat-sangat tidak setuju dengan usulan itu. Kata TUTUP sepertinya menyakitkan sekali buat saya. Saya mencintai pekerjaan saya sebagai seorang penjual, saya menikmati dan saya senang melakukannya. Saya mengatakan kepada suami saya, itu tidak akan terjadi. Karena saya akan terus belajar, belajar dan belajar untuk memajukan bisnis saya. Saya mulai lagi membaca buku-buku yang berkaitan tentang bisnis, strategi pemasaran dan lain sebagainya. Saya pelajari lagi perilaku konsumen, dan bagaimana menarik mereka kembali datang kepada saya, dan merasa puas setelah keluar dari toko saya. Saya tidak akan pernah berhenti. Walaupun terkadang saya juga pernah mengalami motivasi saya berada di titik terendah. Saat itulah saya butuh teman-teman, yang kembali memompa semangat saya. Untuk bisa terus bertahan.

Suatu hari saya akan membagi cerita sukses saya pada banyak orang. Sebagai sebuah pelajaran. Sukses bagi saya adalah, bagaimana saya bisa bertahan dan melewati setiap keterpurukan saya. Semoga masa itu akan sege datang.
*tulisan ditulis Januari 2011

4 komentar:

  1. Kata saya sukses itu kalau bisa membuat orang lain ikut sukses juga,aku mau dong ikut sukses boleh boleh boleh?

    BalasHapus
  2. bawa saya ya mas Suwahyono hehehe
    makasih mas sudah mampir

    BalasHapus
  3. Kata Andrei Wongso; "Success is my right!"
    Semangat!

    BalasHapus
  4. ya benar..terimaksih semangatnya mas Edi !!
    salam hangat :)

    BalasHapus